ANTIBIOTIK

ANTIOBIOTIK

Pada awalnya antiobiotik didefenisikan sebagai produk mikroba yang pada konsentrasi rendah dapat menghambat atau membunuh mikroba. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1940 oleh Waksman untuk membedakan Penicillin yang baru ditemukan dari fungi Penicillium sp. dengan sulfonamida yang dibuat secara sintetik. Defenisi ini menjadi kabur bilamana Penicillin dan produk antimikroba alamiah lainnya dimodifikasi atau disintesis di laboratorium. Oleh karena itu, saat ini istilah antibiotik digunakan secara umum untuk merujuk pada komponen antimikroba yang dibuat secara semi-sintetik atau sintetik penuh yang dapat  bekerja efektif pada konsentrasi rendah. Dengan demikian beberapa senyawa antimikroba atau obat seperti sulfonamid dan kuinolon juga sering digolongkan sebagai antibiotik.

 

2.1. Sumber dan Jenis Antibiotik

Antiobiotik yang secara komersial digunakan dalam pengobatan berbagai jenis penyakit diperoleh dari fungi dan bakteri. Sifat antimikroba dari setiap antibiotik berbeda-beda. Penisilin G (benzil penisilin) bersifat aktif terhadap bakteri gram-positif tetapi kurang/tidak aktif terhadap bakteri gram-negatif; streptomisin memiliki sifat sebaliknya; tetrasiklin bersifat aktif terhadap bakteri gram-positif maupun  bakteri gram-negatif. Berdasarkan sifat ini, antibiotik dapat dikelompokkan atas dua kelompok, yaitu antibiotik berspektrum sempit misalnya benzil penisilin (dan strepromisin, dan antibiotik berspektrum luas misalnya tetrasiklin dan kloramfenikol. Contoh antiobiotik dan jenis mikroba penghasilnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Antiobiotik komersial yang dihasilkan dari mikroba

Jenis Antibiotik Mikroba Penghasil Keterangan
Penisilin A Penicillium sp Aktif terhadap bakteri gram-positif yang tidak mengahasilkan b-Laktamase, tetapi tidak aktif terhadap bakteri gram-negatif
Penisilin G

(Benzil penisilin)

P. chrysogenum Aktif terhadap bakteri gram-positif yang tidak mengahasilkan b-Laktamase, tetapi kurang aktif terhadap bakteri gram-negatif . Dapat diberikan secara parenteral
Penisilin N Cephalosporium acremonium  
Penisilin V

(Fenoksimetil penisilin)

P. chrysogenum Efeknya sama dengan Penisilin G, tetatpi dapat diberikan melalui oral
Tetrasiklin (tetramisin) Streptomyces aurreofaciens,

S. rimosus

Dapat dibuat secara semi-sintetik

Aktif terhadap berbagai bakteri-gram positif dan bakteri gram negatif
Eritromisin S. erythreus

 

Pada infeksi dengan gejala klinik ringan, tidak perlu segera memberikan antibiotik. Menunda pemberian antibiotik malahan memberikan kesempatan terangsangnya mekanisme kekebalan tubuh. Tetapi penyakit dengan gejala klinik berat, walaupun belum membahayakan, apalagi bila telah berlangsung beberapa waktu lamanya, dengan sendirinya memerlukan terapi antibiotik untuk menghindari komplikasi penyakit berbahaya di kemudian hari.

Kadang-kadang dalam aplikasinya, antibiotik dalam diberikan dalam bentuk kombinasi 2 atau lebih antibiotik dengan tujuan untuk pengobatan infeksi campuran, pengobatan awal pada infeksi berat yang etiologinya belum jelas, mendapatkan efek sinergi serta memperlambat timbulnya resistensi mikroba terhadap antibiotik. Antibiotik dan antimikroba yang efektif untuk menyembuhkan infeksi pada manusia disajikan pada Tabel 2.

 

Tabel 2. Pilihan antibiotik untuk pencegahan berbagai jenis

              infeksi yang disebabkan oleh mikroba

Jenis Infeksi Mikroba Penyebab Pilihan Antibiotk/Antimikroba
Infeksi Saluran Nafas  
Faringitis o    Virus

o    Str. pyogenes

o     C. dipththeriae

o    —

o    penisilin V & G, eritromisin

o    penisilin G, eritromisin

Otitis media & sinusitis o    Str. pneumonie & H. influenzae

o    S. aureus

o    amoksilin/ampisilin, eritromisin, kotrimoksazol

o    amoksilin-asam klavulanat

Bronkitis akut o    Virus

o    Str. Pneumonie & H. influenzae

o    M. pneumoniae

o    —

o    amoksilin/ampisilin, eritromisin

o    eritromisin

Bkonkitis kronis o    Str. Pneumoniae & H. influenzae

o    M. pneumoniae

o    B. catarrhalis

o    amoksilin/ampisilin, eritromisin,

o    kotrimoksazol, doksisiklin

o    amoksilin-asam klavulanat,

kotrimoksazol, eritromisin

Influenza o    Virus influenza A atau B o    – —
Pneumonia bacterial o    Str. Pneumonie

 

 

o    H. influenzae

 

o    M. pneumoniae

o    S. aureus

o    Bakteri enterik

        gram-negatif

o    penisilin G prokain, penisilin V, eritromisin, sefalosporin gen. I

o    amoksilin/ampisilin, kotrimoksazol

o    eritromisin, doksisiklin

o    kloksasilin, doksisilin

o    sefalosforin generasi III

 

Tuberkulosis paru o    M. tuberculosis o    isoniazid+fifampisin+pirazinamid/etambutol
Infeksi Saluran Kemih  
Sistitis akut o    E. coli, S. saprophyticus, bakteri gram-negatif lainnya o    Nitrofurantoin, ampisilin,

trimetoprin

 

Pielonefritis akut o    E. coli, bakteri gram-negatif lainnya, Streptococus o    gentamisin, kotrimoksazol parenteral dan oral, sefalosforin generasi III, fluorokuinolon, amoksilin-asam klavulanat
Prostatitis akut o    E. coli, bakteri gram-negatif lainnya, E. faecalis o    kotrimoksazol, fluorokuinolon, aminoglikosid+ampisilin parenteral

 

Prostatitis kronis o    E. coli, bakteri gram-negatif lainnya, E. faecalis o    kotrimoksazol, fluorokuinolon, trimetoprim

 

Infeksi yang Ditularkan melalui Hubungan Kelamin o

 

Uretritis o    N. gonorrhoeae (bukan penghasil penisilinase)

o    N. gonorrhoeae (penghasil penisilinase)

o    C. trachomatis

 

o    Ureaplasma urealyticum

o    ampicillin/amoksilin/penisilin+ probenesid, eftriakson, tetrasiklin

o    seftriakson, fluorokuinolon

 

 

o    deoksisiklin/tetrasiklin,  eritromisin

o    deoksisiklin/tetrasiklin

Herpes genita o    Virus herpes simpleks o    Asiklovir
Sifilis o    T. pallidum

 

o    penisilin G prokain, seftriakson, tetrasiklin
Ulkus mole o    H. ducreyl

 

o    kotrimoksazol, eritromisin, seftriakson, tetrasiklin
Saluran Cerna  
Ginggivitis dan abses gigi o    Infeksi campuran kuman aerob dan anaerob o    penisilin G/ penisilin V

 

 

Kandidiasis oral o    C. albicans o    Nistatin
Enteritis infeksiosa o    Virus

o    Shigella

 

o    V. cholearae

o    E. histolytica

o    C. jejuni

 

o    Berbagai kuman enterik gram negatif lainnya

o    —

o    kotrimoksazol/fluorokuinolon, tetrasiklin

o    tetrasiklin, kotrimoksazol

o    metronidazol

o    eritromisin/ fluorokuinolon, tetrasiklin

o    Umumnya tidak memerlukan antibiotik/antimikroba

Kolesistitis akut o    E. coli, Berbagai kuman enterik gram negatif lainnya, B. fragilis o    ampisillin+gentamisin, ampisillin-sulbuktam
Peritonisis karena perforasi usus o    E. coli, Berbagai kuman enterik gram negatif lainnya, kuman anaerob o    ampisillin+gentamisin+metronidazol/klindamisin, gentamisin+ metronidazol/klindamisin, sefoksitin
Kardiovaskular  
Endokarditis o    Streptococcus

o    Staphylococcus

o    Bakteri gram-negatif

o    penisilin G+gentamisin

o    kloksasilin+gentamisin

o    sefatoksim+gentamisin

Kulit, Otot, Tulang  
Impetigo, furunkel, selulitis dll o    Str. pyogenes dan S. aureus o    kolksasilin/eritromisin,   sefalosporin generasi I

 

Gas gangrene o    C. perfringens o    penisilin G
Osteomyelitis akut o    S. aureus o    Kloksasilin
Susunan Syaraf Pusat  
Meningitis baketrial pada anak/dewasa o    Str. Pneumonia, Staphylococcus,      H. influenzae

o    Meningococcus

o    ampisilin+kloramfenikol (sebagai terapi awal)

 

o    penisilin G, kloramfenikol

Meningitis pada neonatus o    Berbagai bakteri  gram-negatif o    Sefalosporin generasi III
Abses otak o    Streptococcus,           S. aureus, Enterobacteriaceae, berbagai kuman anaerob o    penisilin G+kloramfenikol/

o    metronidazol, Sefalosporin

o    generasi III

Sepsis  
Neonatus o    Str. Agalactiae, Streptococcus lain, bakteri  gram-negatif lain o    ampisilin+aminoglikosid
Anak < 5 tahun o    Str. pneumoniae,   H. influenzae,          N. meningitis,          S. aureus o    kloksasilin/ampisilin+ kloramfenikol atau  ampisilin+kloramfenikol
Anak > 5 tahun dan dewasa o    bakteri  gram-negatif  lain,         S. aureus, Streptococcus o    kloksasilin/sefalosporin gen.I + aminoglikosida atau sefalosporin generasi III/ampisilin-sulbaktam dengan atau tanpa aminoglikosida

 

2.2. Penggunaan Antibiotik

Penggunaan antibiotik dalam bidang kesehatan bertujuan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi. Penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan indikasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

  1. Gambaran klinik penyakit infeksi, yakni efek yang ditimbulkan oleh adanya mikroba dalam tubuh penderita dan bukan berdasarkan atas kehadiran mikroba tersebut semata-mata
  2. Efek terapi antibiotik pada penyakit infeksi yang diperoleh hanya sebagai akibat kerja antibiotik terhadap biomekanisme mikroba, dan tidak terhadap biomekanisme tubuh penderita
  3. Antibiotik dapat dikatakan bukan merupakan “obat penyembuh” penyakit infeksi dalam arti kata sebenarnya. Antibiotik hanyalah menyingkatkan waktu yang diperlukan tubuh penderita untuk sembuh dari suatu penyakit infeksi.

Seperti diketahui bahwa dengan adanya invasi oleh mikroba, tubuh penderita akan bereaksi dengan mengaktifkan mekanisme daya tahan tubuhnya. Sebagian besar infeksi yang terjadi pada tubuh dapat sembuh dengan sendiri tanpa memerlukan antibiotik. Gejala klinik infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba atau berbagai senyawa toksik (beracun) yang dihasilkan mikroba. Bila mekanisme pertahanan tubuh bekerja dengan baik, mikroba dan senyawa toksik yang dihasilkannya akan dapat disingkirkan sehingga tidak diperlukan pengunanaan antibiotik. Oleh karena itu untuk memutuskan perlu-tidaknya penggunaan antibiotik, harus diperhatikan gejala klinik, jenis dan patogenitas mikroba, serta kesanggupan mekanisme daya tahan tubuh penderita.

Pada infeksi dengan gejala klinik ringan, tidak perlu segera memberikan antibiotik. Menunda pemberian antibiotik malahan memberikan kesempatan terangsangnya mekanisme kekebalan tubuh. Tetapi penyakit dengan gejala klinik berat, walaupun belum membahayakan, apalagi bila telah berlangsung beberapa waktu lamanya, dengan sendirinya memerlukan terapi antibiotik untuk menghindari komplikasi penyakit berbahaya di kemudian hari.

Kadang-kadang dalam aplikasinya, antibiotik dapat diberikan dalam bentuk kombinasi 2 atau lebih antibiotik dengan tujuan untuk pengobatan infeksi campuran, pengobatan awal pada infeksi berat yang etiologinya belum jelas, mendapatkan efek sinergi, serta memperlambat timbulnya resistensi mikroba terhadap antibiotik.

 

2.3. Mekanisme Kerja Antiobotik

Antibiotik biasanya digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau bakteri yang merupakan penyebab utama suatu penyakit. Jenis antibiotik ada bermacam-macam dan masing-masing antibiotik hanya ampuh untuk melawan satu atau beberapa jenis bakteri saja. Tidak ada antibiotik yang dapat melawan semua jenis kuman penyakit. Untuk lebih mengetahui secara mendalam tentang antibiotik, perlu dipahami mekanisme kerja dari antibiotik (Gambar??). Mekanisme kerja antibiotik terdiri dari beberapa kelompok, antara lain adalah:

  1. Antibiotik bekerja dengan menghambat metabolisme sel kuman/bakteri
  2. Antibiotik membantu menghambat sintesis dinding bakteri/sel kuman
  3. Merusak permeabilitas membran atau mekanisme pengangkutan sel kuman/bakteri
  4. Antibiotik membantu menghambat sel kuman dalam mensintesis protein
  5. Membantu menghambat atau merusak asam nukleat sel kuman.

 

 

2.4. Resistensi Mikroba terhadap Antiobotik

Resistensi mikroba terhadap antibiotik atau biasa disebut antibotic resistance atau drug resistance adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antibiotik. Akibat terjadinya resistensi mengakibatkan semakin sulit memberantas mikroba penyebab penyakit tertentu, misalnya TBC, gonorrhea (kencing nanah), malaria dan infeksi telinga pada anak-anak bila dibanding beberapa dekade yang lalu. Sifat resistensi ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah dari suatu mikroba untuk bertahan hidup. Resistensi mikroba ini dapat terjadi karena:

  1. Mutasi spontan; DNA mikroba mengalami perubahan/mutasi spontan akibat penggunaan antibiotik atau faktor lain. tuberclosis penyebab penyakit TBC yang resisten terhadap antibiotik tertentu terjadi karena mutasi spontan
  2. Transformasi; proses pemindahan DNA dari suatu sel yang mengalami lisis (sel donor) ke sel lainnya (sel resipien) dan selanjutnya terjadi rekombinasi. Mikroba penyebab gonorrhea merupakan suatu contoh mikroba yang resisten melalui transformasi
  3. Konjugasi; perpindahan isi sel terutama plasmid pembawa faktor resistensi dari suatu sel ke sel lainnya melalui “hubungan langsung”. Shigella sp penyebab diare merupakan contoh mikroba yang resisten terhadap 4 jenis antibiotik melalui proses ini.
  4. Transduksi, proses pemindahan plasmid pembawa faktor resistensi dari suatu sel ke sel lainnya melalui perantaraan bakteriofag.

 

 

Secara umum ada 5 mekanisme resistensi mikroba terhadap antibiotik sebagai berikut:

  1. Perubahan tempat kerja (target site) antibiotik pada mikroba
  2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga antibiotik sulit masuk ke dalam sel
  3. Inaktivasi antibiotik oleh mikroba
  4. Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antibiotik
  5. Mikroba meningkatkan produksi enzim yang menghambat aktivitas antibiotik

 

Beberapa faktor penyebab terjadinya resistensi mikroba terhadap antibiotik dan obat antara lain:

  1. Dosis dan jenis antibiotik yang kurang tepat
  2. Kesalahan dalam menetapkan etiologi/penyebab penyakit
  3. Perilaku pasien misalnya kurang/tidak teratur mengkonsumsi obat yang diberikan, tidak menghabiskan antibotik atau obat sesuai yang disarankan dan lain-lain.

 

 2.5. Efek Samping Antibiotik

Efek samping karena penggunaan antibiotik dapat dikelompokkan atas 4 bagian besar yaitu:

  1. Reaksi Alergi. Reaksi ini dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik yang melibatkan sistem kekebalan tubuh penderita dan biasanya hal ini terjadi tanpa bergantung pada dosis antibiotik yang digunakan. Reaksi alergi yang ditimbulkan ada yang dapat hilang dengan sendirinya walaupun terapi dilanjutkan. Sebaliknya ada yang berlanjut menjadi alergi yang makin berat pada pemberian ulang berupa anafilaksis, dermatitis eksfoliativa, angioudema dan lain-lain.
  2. Reaksi Idiosinkrasi. Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian antibiotik tertentu. Sebagai contoh, 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin. Hal ini disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD.
  3. Reaksi Toksik. Efek toksik pada tubuh dapat ditimbulkan oleh semua jenis antibiotik. Yang mungkin dapat dianggap kurang toksik sampai saat ini adalah golongan penisilin. Golongan aminoglikosida pada umumnya toksik terhadap Nervus octavus, tetrasiklin mengganggu pertumbuhan jaringan tulang termasuk gigi, bahkan dalam dosis besar dapat menyebabkan hepatotoksik terutama pada penderita pielonefritis dan wanita hamil. Demikian pula antibiotik lainnya mempunyai efek samping masing-masing. Selain jenis antibiotik, berbagai faktor dalam tubuh dapat turut menentukan terjadinya reaksi toksik misalnya organ/jaringan tertentu yang berperan dalam biotransformasi dan ekskresi antibiotik.
  4. Perubahan Biologik dan Metabolik. Penggunaan antibiotik tertentu terutama yang berspektrum luas dapat menyebabkan terjadinya perubahan jenis dan jumlah mikroba yang hidup pada tubuh. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal dapat terjadi di saluran pencernaan & pernapasan, kelamin dan kulit. Akibat lebih jauh bisa terjadi superinfeksi yaitu suatu infeksi baru yang terjadi akibat terapi infeksi primer dengan suatu antibiotik. Pada pasien yang lemah, superinfeksi potensial dapat sangat berbahaya, sebab kebanyakan mikroba penyebab superinfeksi biasanya terdiri dari bakteri gram-negatif, Staphylococcus, Candida dan fungi sejati. Terapi antibiotik akan semakin sulit bila superinfeksi dialami oleh mikroba yang sudah resisten. Diantara antibiotik, penisilin G merupakan penyebab superinfeksi yang paling jarang terjadi. Selain menimbulkan perubahan biologik, penggunaan antiobiotik misalnya neomisin dapat pula menimbulkan gangguan penyerapan atau metabolisme zat gizi tertentu.

National Institute of Health (2004) melaporkan bahwa hampir 2 juta pasien di Amerika Serikat terkena infeksi di rumah sakit setiap tahun dan mengakibatkan kematian sebanyak 90.000 orang per tahun. Hal yang sama dilaporkan oleh ahli Epidemiologi dalam The New England Journal of Medicine (2003) bahwa sekitar 5 – 10% pasien yang masuk rumah sakit menderita infeksi selama mereka dirawat inap.  Lebih lanjut dilaporkan bahwa lebih dari 70% dari bakteri penyebab infeksi  di rumah sakit telah resisten terhadap paling kurang 1 jenis antibiotik atau obat yang biasa digunakan untuk mengobati mereka. Selain itu rawat inap pasien tersebut menjadi lebih lama dan membutuhkan perawatan dan penggunaan obat yang lebih bersifat toksik dan harga yang mahal. Memperhatikan gangguan atau efek samping yang diakibatkan oleh penggunaan antibiotik, maka para mikrobiolog dan ahli kesehatan telah mencoba untuk mencari alternatif lain, misalnya dengan pemanfaatan mikroba yang disebut “probiotik”.

EFEK TERAPEUTIK DARI PROBIOTIK

Beberapa efek terapeutik dari probiotik berdasarkan hasil penelitian mulai dari uji in vitro sampai uji klinik dapat disajikan sebagai berikut:

Pencegahan Kanker

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian manusia terbesar terutama di negara-negara maju. Menurut data dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2002 bahwa penyakit ini menjadi penyebab kematian urutan ke-6 di Indonesia. Faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit meliputi perilaku seksual, infeksi, obat-obatan medis, food additive, merokok, radiasi, sinar UV and diet. Diantara faktor penyebab ini ternyata diet merupakan faktor penyebab utama terjadinya kanker. Hal ini didukung dengan hasil temuan berbagai jenis senyawa-senyawa mutagen dan karsinogen yang diisolasi dari berbagai jenis bahan pangan terutama makanan berprotein tinggi yang diolah dengan suhu tinggi. Senyawa ini juga terbentuk dari reaksi pyrolisis asam-asam amino misalnya triptophan dan asam glutamat. Senyawa ini dikenal dengan nama heterocyclic amines (HAs).

 

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses yang rumit yang disebut “transformasi”, yang terdiri dari 2 tahap yaitu inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik (DNA) sel yang dipicu oleh senyawa-senyawa karsinogen sehingga memancing terbentuknya sel abnormal. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi sel kanker.

Ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya penyakit kanker antara lain menghindari merokok, mengurangi konsumsi lemak dan makanan berprotein tinggi yang dipanaskan pada suhu tinggi, melakukan olah raga secara teratur, melakukan pemeriksaan screening untuk penyakit kanker serta memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran serta makanan fungsional yang mengandung probiotik.

Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa probiotik misalnya BAL dan Bifidobacterium sp. dapat mencegah terjadinya mutasi sel oleh mutagen dan karsinogen. Mekanisme antimutagenik dari BAL dan Bifidobacterium sp. dilakukan dengan cara mengikat mutagen dan karsinogen di dalam saluran pencernaan terutama dalam usus halus dan kolon. Mutagen dan karsinogen yang diikat oleh peptidoglikan pada dinding sel BAL dan Bifidobacterium sp. selanjutnya dikeluarkan bersama tinja atau air kemih. Mekanisme seperti ini telah dilaporkan pada beberapa strain dari BAL yang diidolasi dari dadih, produk susu fermentasi dari Sumatera Barat dan Kampar, Riau.

 

Tabel 1. Senyawa heterocyclic amines yang terdapat dalam makanan   yang dimasak dengan suhu tinggi

Singkatan

Nama kimia Ada dalam makanan
Trp-P1

3-amino-1,4-dimethyl-5 H-pyrido(4,3-b)indole

Ikan panggang, senyawa-senyawa pyrolysate dari kasein, gluten, globulin, albumin dan daging

Trp-P2

3-amino-1-methyl-5 H-pyrido(4,3-b)indole

Ikan panggang, senyawa-senyawa pyrolysate dari kasein, gluten, globulin, albumin dan daging

Glu-P1

2-amino-6-methydipyrido(1,2-a:3’,2’-d) imidazole

Ikan panggang, senyawa pyrolysate dari kasein

Glu-P2

2-aminodipyrido(1,2-a:3’,2’-d) imidazole

Ikan panggang, senyawa pyrolysate dari kasein

A a C

2-amino 9H-pyrido(2,3-b)indole

Senyawa-senyawa pyrolysate dari triptophan, kasein, gluten, globulin, albumin, ikan dan daging

MeA a C

2-amino-3-methyl- a -carboline

Senyawa-senyawa pyrolysate dari triptophan, kasein, gluten, globulin, albumin, ikan & daging

IQ

2-amino-3-methylimidazo (4,5-f) quinoline

Ektrak daging sapi, daging dan ikan panggang

MeIQ

2-amino-3,4-dimethylimidazo (4,5-f) quinoline

Daging dan ikan panggang

MeIQx

2-amino-3,8-dimethylimidazo (4,5-f) quinoxaline

Daging sapi panggang

Sumber: Dolara dan Bianchini (1988) dalam Sreekumar dan Hosono (1997) 

 

Dengan demikian mutasi sel tidak terjadi dalam tubuh. Mekanisme antimutagenenik atau antitumor sangat tergantung pada genus dan spesies dari BAL. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa efek antitumor dari BAL dan Bifidobacterium sp. juga terjadi dengan cara menghambat aktivitas enzim β-glucuronidase, azoreductase dan nitroreductase dan pertumbuhan bakteri penghasil enzim-enzim yang mengkoversi senyawa-senyawa prokarsinogen menjadi karsinogen Selain itu senyawa-senyawa polisakarida ekstarseluler yang diproduksi oleh BAL dan Bifidobacterium sp. selama pertumbuhannya juga mempunyai efek antimutagenik dan antitumor.

 

Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor resiko. Secara umum faktor-faktor penyebab terjadinya PJK dapat dikelompokkan atas 2 kategori yaitu pertama, faktor yang bersifat alami atau tidak dapat dicegah misalnya faktor genetik, umur dan jenis kelamin, dan kedua, faktor yang dapat dikurangi, diperbaiki atau dimodifikasi misalnya tekanan darah tinggi, merokok, stress, kegemukan, kurang aktivitas fisik, diabetes mellitus dan diet (makanan) yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi. Diantara sejumlah faktor ini yang cukup penting adalah diet. Konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi terutama asam lemak jenuh dengan rantai atom karbon antara 16 – 18 (palmitat dan stearat) dapat meningkatkan risiko terjadinya PJK. Sebaliknya asam oleat, linoleat dan linolenat suatu asam lemak tidak jenuh yang mempunyai 18 atom C ternyata tidak menyebabkan terjadinya atherosklerosis dan PJK.

Berdasarkan hal di atas, maka negara-negara produsen minyak nabati terutama Amerika Serikat selalu memojokkan minyak kelapa dan minyak kelapa sawit sebagai biang kerok penyebab penyakit maut ini. Tapi dibalik provokasi negatif ini tersirat tujuan untuk menaikkan citra minyak nabati terutama minyak kedelei sebagai minyak yang paling menyehatkan. Namun anggapan ini terbantahkan setelah seorang ahli Biokimia dan Farmakologi bernama John Kabara dari Michigan State University, Amerika Serikat menepis anggapan ini dengan mengatakan bahwa pemicu penyakit maut ini adalah asam lemak rantai panjang yang sebagian besar bersumber dari lemak hewani. Sedangkan asam lemak berantai sedang yang merupakan komponen terbesar dalam minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Bahkan dari hasil penelitian ditemukan bahwa minyak kelapa perawan (Virgin Coconot Oil atau VCO) yang banyak mengandung asam laurat (asam lemak sedang dengan rantai atom C sebanyak 12) justeru berkhasiat menurunkan kadar kolesterol darah pada manusia dan mencegah berbagai penyakit berbahaya lainnya.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah PJK antara lain menjaga tekanan darah tinggi, mengurangi atau tidak merokok sama sekali, mengendalikan stress dan berat badan, melakukan aktivitas fisik secara teratur, serta mengurangi kadar kolesterol (hypokolesterolemik) dalam darah melalui pengaturan diet. Pengaturan diet salah satunya dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan fungsional yang mengandung probiotik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaporkan, dapat disimpulkan  bahwa mekanisme efek hypokolesterolemik dari BAL dan Bifidobacterium  sp. berlangsung melalui 2 cara yaitu:

  1. Pengikatan kolesterol yang terkandung dalam diet di dalam saluran pencernaan sebelum kolesterol tersebut diserap oleh tubuh. Kemampuan BAL dan Bifidobacterium bervariasi dalam mengikat kolesterol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dan komposisi kimia dinding sel bakteri yang berperan sebagai reseptor dalam proses pengikatan kolesterol, dan adanya senyawa-senyawa kimia misalnya sodium taurokolat, fosfolipid dan Tween 80 serta ion-ion logam seperti Na, K, Ca dan Mg yang mungkin mempercepat atau menghambat proses pengikatan tersebut. Kolesterol yang diikat oleh sel bakteri selanjutnya akan dikeluarkan bersama feses. Dengan demikian tidak terjadi peningkatan kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemik) dalam darah.
  2. Dekonjugasi garam-garam empedu di dalam usus halus. Kemampuan mendekonjugasi garam empedu disebabkan oleh kemampuan BAL dan Bifidobacterium untuk memproduksi enzim BSH (bile salt hydrolase) yang berperan dalam menghidrolisis garam-garam empedu menjadi asam empedu bebas dan asam amino. Nilai pH optimum untuk berlangsungnya dekonjugasi garam empedu seperti sodium glikolat dan sodium taurokolat berkisar pH 4 –5,5. Asam empedu bebas yang diproduksi pada proses hidrolis bersifat kurang larut dibanding dengan asam empedu terkonjugasi (garam empedu) khususnya pada pH rendah dan lebih sulit untuk direabsopsi selama siklus enterohepatik. Selain itu, asam empedu bebas lebih mudah diikat oleh serat makanan dan mikroba penghuni saluran pencernaan. Dengan demikian pada kondisi “steady state”, dekonjugasi garam empedu oleh BAL dan Bifidobacterium sp. dapat menurunkan kadar kolesterol darah karena sebagian besar kolesterol di dalam tubuh akan dirombak menjadi asam-asam empedu baru menggantikan asam-asam empedu yang hilang selama siklus enterohepatik dan asam empedu yang dikeluarkan bersama feses.

 

Mekanisme BAL dan Bifidobaterium sp. dalam penurunan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia bisa melalui salah satu cara atau kedua-duanya seperti telah dijelaskan. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa Lactoccoccus lactis subsp. lactis IS-10285, suatu strain BAL yang diisolasi dari dadih, dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus yang menderita hiperkolesterolemia. Hasil ini masih perlu ditindaklanjuti berupa uji klinik untuk memastikan dapat-tidaknya strain ini digunakan sebagai probiotik pada manusia.

 

Pencegahan Diare dan Gangguan Pencernaan

Diare dan penyakit gangguan pencernaan lainnya merupakan penyakit yang sering menyerang penduduk di negara-negara berkembang, khususnya bayi dan anak-anak. Resiko terserang diare juga sering pada turis yang berwisata ke negara-negara berkembang, dimana higeinitas makanan/minuman dan sanitasi lingkungan sering belum memadai.

Data penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian BAL atau Bifibacterium sp. atau produk yang mengandung bakteri ini pada penderita diare dan gangguan pencernaan akan mencegah dan mempercepat penyembuhan diare. Hal ini disebabkan BAL atau Bifibacterium sp. mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella typhimurium (penyebab infeksi pada saluran pencernaan), Helicobacter pylori (penyebab antral gastritis) dan Clostridium difficile (penyebab diare) melalui produksi asam laktat, peroksidase dan senyawa-senyawa antimikroba yang disebut bakteriosin atau melalui kompetisi terhadap sumber nutrisi esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri patogen tersebut.

 

Pencegahan Intoleransi terhadap Laktosa

Kemampuan mencerna laktosa pada sebagian orang disebabkan oleh kurangnya enzim laktase atau b-galaktosidase dalam usus halus. Kurang atau tidak adanya produksi enzim ini mungkin disebabkan oleh suatu terapi yang disebut pelvic radiotherapy, atau karena terjadinya infeksi pada usus, yang selanjutnya mengakibatkan sel-sel pembentuk enzim ini tidak berfungsi secara normal. dampak dari semua ini menyebabkan seseorang yang minum susu non fermentasi dan produk olahan susu akan mengalami flatulensi, diare serta gangguan saluran pencernaan lainnya. Salah satu cara untuk menanggulangi hal ini adalah dengan mensuplai enzim b-galaktosidase dari luar lewat konsumsi produk hasil fermentasi atau produk yang disupplementasi dengan BAL atau Bifibacterium sp.

 

Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa bakteri ini melakukan aktivitas terapeutiknya dengan cara melepaskan enzim laktase atau             b-galaktosidase intraseluler ke dalam usus yang akan menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Namun beberapa ilmuwan lain melaporkan mekanisme yang berebda. Pertama-tama laktosa diangkut ke dalam sel-sel bakteri oleh enzim laktose permease dan selanjutnya oleh kerja enzim b-galaktosidase intraseluler, laktosa ini akan dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Hidrolisis laktosa dengan cara terakhir ini umumnya dilakukan oleh BAL genus Lactobacillus sp.

 

Pencegahan Konstipasi

Ketidakteraturan dan kesukaran buang air besar dapat terjadi pada setiap orang, ksususnya pada manusia berusia lanjut (manula) dan wanita. Gangguan ini disebabkan oleh terjadinya pengerasan pada feses. Oleh karena itu disarankan untuk memperbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Namun demikian gejala gangguan ini masih dapat terjadi walaupun telah mengkonsumsi makanan berserat. Keadaan ini erat kaitannya dengan komposisi mikroba yang ada dalam saluran pencernaan. Pemberian BAL atau Bifibacterium sp. atau produk yang mengandung bakteri ini dapat menurunkan secara nyata gejala konstipasi pada pasien penderita. Hal ini dimungkinkan oleh karena L. acidophilus atau Bifibacterium sp mampu mengubah komposisi mikroba dalam saluran pencernaan (jumlah BAL meningkat) dan mampu mengurangi atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab konstipasi.

 

Peningkatan Kekebalan Tubuh

Beberapa efek terapeutik lainnya dari BAL dan Bifidobacterium sp. misalnya penghilangan atau pengikatan radikal-radikal bebas sehingga secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya penuaan dini. Selain itu beberapa strain BAL mampu meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara menstimulasi pembentukan immunoglobulin, meningkatkan aktivitas pagositik dari limposit dan pagosit, serta meningkatkan produksi makrofag. Dengan demikian seseorang yang mempunyai sistem kekebalan yang baik dapat terhindar dari infeksi, penyakit dan agen penyebab luka (injury-causing agents).

 

Efek Samping Probiotik

Sampai saat ini efek samping penggunaan probiotik pada manusia masih sangat jarang dilaporkan sepanjang probiotik yang digunakan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dan telah diuji secara klinik secara seksama. Satu-satunya efek samping probiotik yang pernah dilaporkan adalah terjadinya translokasi dari saluran pencernaan ke jaringan/organ lain misalnya hati. Hal ini diduga karena penggunaan dosis probiotik yang sangat tinggi (lebih dari 1012 sel/hari).

PROBIOTIK

Dalam bidang kesehatan dan ilmu makanan fungsional akhir-akhir ini telah berkembang suatu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar tubuh tetap sehat. Cara ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung “probiotik”. Istilah probiotik ini pertama kali diperkenalkan oleh Lily dan Stillwell pada tahun 1965 untuk menyebut sejenis senyawa yang dihasilkan oleh protozoa yang mampu menstimulasi pertumbuhan organisme lain. Perkembangan selanjutnya istilah probiotik telah digunakan untuk semua mikroba yang mempunyai efek terapeutik pada manusia (termasuk hewan) yang mengkonsumsinya.

Sampai saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa saluran pencernaan itu hanya sebatas tempat pencernaan dan penyerapan makanan yang selanjutnya tempat menyalurkan sisa-sisa pencernaan keluar tubuh. Anggapan ini merupakan persepsi yang sangat keliru. Selain fungsi pencernaan seperti telah disebutkan, ternyata di dalam saluran pencernaan tersebut hidup berbagai jenis mikroba seperti bakteri, khamir dan kapang yang memegang peranan sangat penting bagi kesehatan seseorang. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa lebih kurang 300 – 400 spesies mikroba dengan jumlah sekitar 1013 – 1014 sel hidup per gram kandungan saluran pencernaan manusia. Jumlah dan jenis mikroba ini masih sebatas jumlah mikroba yang bersifat “culturable”. Dr. Yoshimi Benno, seorang mikrobiolog asal Jepang, memprediksi bahwa jenis dan jumlah mikroba dalam saluran  pencernaan manusia masing-masing lebih  dari 500 spesies dan 1015 sel.  Prediksi  ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih banyak mikroba yang masih bersifat “unculturable” dan belum bisa diisolasi dan dihitung dengan metode dan media yang digunakan saat ini. Secara umum mikroba tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan besar, golongan pertama disebut mikroba menguntungkan (beneficial microbes) dan golongan kedua disebut mikroba berbahaya (harmful microbes). Bila mikroba berbahaya mendominasi mikroba lainnya di dalam saluran pencernaan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Hal ini disebabkan mikroba ini menghasilkan atau mensintesis senyawa-senyawa beracun (toksik) misalnya amonia, fenol, amine, karsinogen dan toksin yang selanjutnya dapat menimbulkan kelainan dan penyakit seperti diare, konstipasi (sembelit), kanker, infeksi saluran pencernaan dan lain-lain. Sebaliknya bila jumlah mikroba menguntungkan mendominasi saluran pencernaan maka pembentukan senyawa-senyawa berbahaya tersebut dapat dihambat sehingga secara tidak langsung akan menjaga kondisi saluran pencernaan tetap sehat dan pada akhirnya kesehatan tubuh secara keseluruhan akan terpelihara.

Sumber Probiotik

Mikroba yang digunakan sebagai probiotik dapat diisolasi dari berbagai sumber tergantung untuk keperluannya. Probiotik untuk diaplikasikan pada manusia sebaiknya diisolasi dari manusia yang sehat (tubuh, saluran pencernaan atau feses), demikian juga untuk hewan, sebaiknya diisolasi dari hewan yang sehat tertentu, misalnya dari sapi untuk sapi, dari ikan yang sehat untuk ikan dan seteruya. Namun mikroba probiotik khususnya bakteri asam laktat dapat juga diisolasi dari susu dan produk susu (Dairy Lactic Acid Bacteria) atau dari tanaman dan produk olahannya (Plant Origin Lactic Acid Bacteria). Beberapa spesies bakteri asam laktat (BAL) yang diisolasi dari dadih mempunyai sifat-sifat seperti ketahanan terhadap asam dan bile, antagonisme terhadap patogen, kolonisasi saluran pencernaan, aktivitas antimutagenik dan lain-lain yang lebih unggul dibandingkan dengan probiotik komersial. Oleh karena itu beberapa strain BAL dari dadih berpotensi digunakan sebagai probiotik. Namun demikian masih perlu dilakukan uji klinik lebih lanjut untuk mengetahui efektifitasnya pada manusia.

Selain dapat diisolasi sendiri, probiotik dapat juga diperoleh dari lembaga atau pusat koleksi kultur misalnya ATCC (American Type Culture Collection) dan NRRL (Northern Regional Research Center) Amerikan Serikat, IFO (Institute for Fermentation Osaka) dan FERM (Fermentattion Research Institute) Jepang, dan CBS (Central Bureau Voor Schimmel Culturen) Belanda.

Jenis Probiotik

Berdasarkan beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa jenis mikroba yang digunakan sebagai probiotik untuk manusia meliputi bakteri asam laktat, Bifidobacterium sp., Saccharomyces cereviseae, Saccharomyces boulardi, E. coli dan Bacillus subtilis. Namun demikian BAL dan Bifidobacterium sp. merupakan mikroba yang paling umum digunakan sebagai probiotik dalam makanan fungsional secara komersial (Tabel 2).

Bakteri asam laktat adalah bakteri gram-positif, tidak membentuk spora, berbentuk kokus atau batang serta memproduksi asam laktat sebagai produk utama selama fermentasi karbohidrat. BAL dikategorikan menjadi 10 genus yaitu Streptococcus, Pediococcus, Lactobacillus, Leuconostoc, Aerococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactococcus, Tetragenococcus, dan Vagococcus. Diantara genus BAL ini yang sering digunakan sebagai probiotik adalah Lactobacillus sp.

Syarat-syarat Probiotik

Beberapa syarat dasar yang harus dimiliki oleh mikroba yang digunakan sebagai probiotik untuk manusia antara lain:

  1. Tahan terhadap asam khususnya asam klorida dalam lambung dan asam empedu (bile) dalam usus kecil
  2. Dapat melekat pada sel-sel saluran pencernaan manusia
  3. Dapat mendiami saluran pencernaan manusia
  4. Mampu memproduksi senyawa antimikroba
  5. Mempunyai sifat antagonistik terhadap bakteri patogen
  6. Diutamakan yang berasal dari manusia (species-specific properties). Namun dari sumber lain dapat digunakan sebagai probiotik bila memenuhi persyaratan yang lain
  7. Mempunyai sifat antagonistik terhadap bakteri kariogenik
  8. Dapat tumbuh dengan baik secara in vitro
  9. Aman dalam penggunaan pada manusia
  10. Mempunyai viabilitas yang tinggi
  11. Stabil selama digunakan dalam proses pengolahan/industri
  12. Mempunyai kemampuan/efek terapeutik misalnya antimutagenik, antikolesterol dan lain-lain

 

Pangan Fungsional

Jepang merupakan negara pertama yang memasarkan produk makanan fungsional sekitar awal tahun 80-an. Sejak saat itu pemasaran makanan fungsional menunjukkan peningkatan cukup pesat terutama dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Hal ini disebabkan makanan fungsional sangat menjajikan berbagai harapan bagi semua pihak mulai dari produsen, pemerintah sampai kepada konsumen. Bagi konsumen, makanan fungsional menguntungkan karena makanan ini dapat mencegah berbagai jenis penyakit misalnya PJK dan penyakit kardiovaskuler lain, kegemukan, hipertensi, diabetes mellitus, kanker, serta dapat menigkatkan sistem kekebalan tubuh, memperlambat proses penuaan dan meningkatkan penampilan fisik. Bagi pemerintah, makanan fungsional menguntungkan karena dapat menurunkan biaya yang diperlukan untuk memelihara kesehatan rakyatnya yang makin membengkak akibat perubahan gaya hidup terutama pola makan yang berubah. Bagi produsen atau industri pangan, makanan fungsional memberikan kesempatan secara inovatif untuk mengembangkan dan memformulasikan produk yang mempunyai nilai tambah, baik bagi masyarakat secara luas maupun untuk segmen pasar atau masyarakat tertentu. Agar sukses di pasaran maka makanan fungsional harus menarik penampilannya, rasanya enak dan dapat diterima oleh konsumen serta klaim kesehatan yang disebutkan harus dan telah dibiktikan secara ilmiah. Satu yang perlu diperhatikan oleh produsen bahwa makanan fungsional yang ditawarkan jangan sampai terlalu mahal untuk dijangkau oleh mereka yang berpendapatan rendah, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kesehatan masyarakat secara merata.

Saat ini makanan fungsional yang beredar di pasaran tidak hanya makanan yang mengandung probiotik atau prebiotik saja, tetapi juga mengandung sinbiotik. Konsep sinbiotik dikemukan oleh Gibson dan Roberfroid (1995) yang berarti gabungan probiotik dan prebiotik yang memberikan efek menguntungkan dengan cara meningkatkan kelangsungan hidup dan implantasi mikroba hidup dari diet di dalam saluran pencernaan, dan menstimulasi secara selectif pertumbuhan dan/atau mengaktifkan metabolisme satu atau sejumlah terbatas bakteri menguntungkan sehingga tercapai kondisi kesehatan tubuh yang optimal.

Beberapa contoh makanan yang fungsional yang telah dipasarkan di Jepang antara lain FibeMini, suatu minuman yang mengandung serat larut polidekstrosa; Bikkle, suatu produk yang mengandung bakteri Bifidobacterium, Ca, oligosakarida, serat makanan dan ekstrak teh; produk susu yang ditambahkan beta-karoten, confectionary dan roti, produk yang mengandung Aloe vera dan Amarant; berbagai jenis produk susu fermentasi serta berbagai produk-produk kembang gula dan coklat yang mengandung Bifidobacterium. Di Eropa telah dipasarkan berbagai jenis produk susu yang mengandung probiotik misalnya Biogarde dan Lunebest-Spesial Yogurt dan Bifighurt di Jerman; Biokys di Ceko, Cultur di Denmark. Di Amerika Serikat dipasarkan berbagai jenis makanan yang diperkaya dengan serat. Di Indonesia makanan/minuman fungsional yang marak dipasaran adalah minuman berenergi, minuman isotonic, minuman berflavor buah-buahan yang ditambahkan Ca, beta-karoten, vitamin C dan vitamin E; susu dan produk susu misalnya yogurt dan Yakult, susu rendah lemak yang mengandung serat larut serta susu bubuk yang diperkaya dengan Ca, susu yang difortifikasi sinbiotik misalnya PediaSure; minuman rendah kalori yang berflavor jeruk dan mengandung frukto-oligosakarida, serat dan Bifidobacterium.

            Penelitian dan pengembangan makanan fungsional sedang dan akan akan terus dilakukan seiring dengan kesadaran konsumen yang semakin peduli terhadap kesehatannya. Dengan demikian diharapkan akan muncul inovasi baru bagi industri untuk memproduksi berbagai jenis makanan fungsional. Makanan fungsional yang mempunyai prospek menjanjikan untuk diproduksi komersial di masa datang antara lain:

  1. Makanan untuk Penyakit Khusus (Disease-specific Foods). Makanan fungsional ini diformulasi sedemikian rupa sehingga mempunyai efek profilaktik dan terapeutik untuk pencegahan, perawatan dan pengobatan penyakit khusus.
  2. Makanan Khusus bagi Kelompok Berisiko (Risk Group Specific Foods). Makanan fungsional ini dibuat untuk mengurangi resiko yang muncul bagi kelompok yang sangat rentan terhadap komponan/senyawa tertentu dalam suatu makanan.
  3. Makanan untuk Mengurangi Efek Penuaan (Foods to Reduce the Effects of Aging). Makanan fungsional ini dibuat untuk mengurangi laju penuaan dan memperbaiki penyakit non-fatal yang muncul akibat proses penuaan pada manusia.
  4. Makanan untuk Kebugaran Fisik (Physical Performance Foods). Makanan fungsional ini dirancang untuk meningkatkan atau mempertahankan fisik/tubuh dalam kondisi prima untuk melakukan aktivitasnya
  5. Makanan untuk Kebugaran Mental (Mental Performance Foods). Makanan fungsional ini dirancang untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi mental yang prima dalam melakukan aktivitasnya
  6. Makanan untuk Ketenangan Jiwa (Mood Foods). Makanan fungsional ini dirancang untuk menghilangkan stres dan mempertahankan suasana hati dan perasaan dalam keadaan tenang.

TUGAS INDIVIDU MIKROBIOLOGI UMUM

Buat Mahasiswa Faperta UR

Dalam kondisi Kota Pekanbaru yang diselimuti asap tebal dan berbahaya bagi kesehatan manusia, maka perkuliahan telah diluburkan selama 1 bulan. Hal ini mengganggu pertemuan tatap muka secara langsung di ruang kuliah. Sehubungan dengan hal ini maka diinfokan kepada semua mahasiswa Faperta UR yang mengambil mata kuliah Mikrobiologi Umum yang diampuh oleh Prof. Usman Pato, PhD agar mengunduh modul Mikrobiologi Umum lalu membaca dan mempelajari secara mandiri. Setelah itu setiap mahasiswa ditugaskan untuk membuat tugas mandiri yang dapat diunduh pada file sebagai berikut:

TUGAS INDIVIDU MAHASISWA UNTUK MATA KULIAH MIKROBIOLOGI UMUM

Selain Berat Badan, Ini Alasan untuk Makan Sehat

Mengadopsi pola makan sehat demi penampilan yang lebih menarik tentu sah-sah saja. Namun, alasan seperti itu umumnya tak cukup kuat untuk membuat kita terus berkomitmen menjaga asupan makanan.Pada dasarnya pola makan sehat harus menjadi bagian dari gaya hidup agar tubuh senantiasa sehat dan bebas penyakit. Dengan demikian kita tak akan merasa tersiksa menjalaninya. Continue reading

6 Alasan Probiotik Baik Untuk Kesehatan dan Kecantikan

fdc11010566

Manusia mempunyai 10x jumlah bakteri dalam tubuh dibandingkan dengan sel tubuh kita (sekitar 100 triliun yang mewakili 500 spesies yang berbeda). Ketika tubuh dalam keseimbangan yang tepat, dalam rasio 85% bakteri baik dan 15% bakteri jahat, maka tubuh secara alamiah akan menyembuhkan dirinya sendiri. Tetapi jika dalam keadaan yang tidak seimbang (seperti kekurangan gizi, terpaparnya radikal bebas) maka masalah akan timbul. Dalam kondisi seperti itu, maka tubuh akan bergeser ke mode bertahan hidup dan kemampuan untuk menyembuhkan secara alami akan melambat. Continue reading

20 Mukjizat Puasa terhadap Kesehatan Manusia

 

KOMPAS.com – Berbagai penelitian telah mengungkap adanya mukjizat puasa ditinjau dari perpekstif medis modern. Dalam penelitian ilmiah, tidak ditemukan efek merugikan dari puasa Ramadhan pada jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri.

Penelitian meta analisis atau penelitian terhadap berbagai Abstrak Terkait ini diperoleh dari Medline dan jurnal lokal di negara-negara Islam 1960-2009. Seratus tiga belas artikel yang memenuhi kriteria untuk pemilihan kertas dikaji secara mendalam untuk mengidentifikasi rincian bahan terkait. Continue reading