EFEK TERAPEUTIK DARI PROBIOTIK

Beberapa efek terapeutik dari probiotik berdasarkan hasil penelitian mulai dari uji in vitro sampai uji klinik dapat disajikan sebagai berikut:

Pencegahan Kanker

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian manusia terbesar terutama di negara-negara maju. Menurut data dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2002 bahwa penyakit ini menjadi penyebab kematian urutan ke-6 di Indonesia. Faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit meliputi perilaku seksual, infeksi, obat-obatan medis, food additive, merokok, radiasi, sinar UV and diet. Diantara faktor penyebab ini ternyata diet merupakan faktor penyebab utama terjadinya kanker. Hal ini didukung dengan hasil temuan berbagai jenis senyawa-senyawa mutagen dan karsinogen yang diisolasi dari berbagai jenis bahan pangan terutama makanan berprotein tinggi yang diolah dengan suhu tinggi. Senyawa ini juga terbentuk dari reaksi pyrolisis asam-asam amino misalnya triptophan dan asam glutamat. Senyawa ini dikenal dengan nama heterocyclic amines (HAs).

 

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses yang rumit yang disebut “transformasi”, yang terdiri dari 2 tahap yaitu inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik (DNA) sel yang dipicu oleh senyawa-senyawa karsinogen sehingga memancing terbentuknya sel abnormal. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi sel kanker.

Ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya penyakit kanker antara lain menghindari merokok, mengurangi konsumsi lemak dan makanan berprotein tinggi yang dipanaskan pada suhu tinggi, melakukan olah raga secara teratur, melakukan pemeriksaan screening untuk penyakit kanker serta memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran serta makanan fungsional yang mengandung probiotik.

Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa probiotik misalnya BAL dan Bifidobacterium sp. dapat mencegah terjadinya mutasi sel oleh mutagen dan karsinogen. Mekanisme antimutagenik dari BAL dan Bifidobacterium sp. dilakukan dengan cara mengikat mutagen dan karsinogen di dalam saluran pencernaan terutama dalam usus halus dan kolon. Mutagen dan karsinogen yang diikat oleh peptidoglikan pada dinding sel BAL dan Bifidobacterium sp. selanjutnya dikeluarkan bersama tinja atau air kemih. Mekanisme seperti ini telah dilaporkan pada beberapa strain dari BAL yang diidolasi dari dadih, produk susu fermentasi dari Sumatera Barat dan Kampar, Riau.

 

Tabel 1. Senyawa heterocyclic amines yang terdapat dalam makanan   yang dimasak dengan suhu tinggi

Singkatan

Nama kimia Ada dalam makanan
Trp-P1

3-amino-1,4-dimethyl-5 H-pyrido(4,3-b)indole

Ikan panggang, senyawa-senyawa pyrolysate dari kasein, gluten, globulin, albumin dan daging

Trp-P2

3-amino-1-methyl-5 H-pyrido(4,3-b)indole

Ikan panggang, senyawa-senyawa pyrolysate dari kasein, gluten, globulin, albumin dan daging

Glu-P1

2-amino-6-methydipyrido(1,2-a:3’,2’-d) imidazole

Ikan panggang, senyawa pyrolysate dari kasein

Glu-P2

2-aminodipyrido(1,2-a:3’,2’-d) imidazole

Ikan panggang, senyawa pyrolysate dari kasein

A a C

2-amino 9H-pyrido(2,3-b)indole

Senyawa-senyawa pyrolysate dari triptophan, kasein, gluten, globulin, albumin, ikan dan daging

MeA a C

2-amino-3-methyl- a -carboline

Senyawa-senyawa pyrolysate dari triptophan, kasein, gluten, globulin, albumin, ikan & daging

IQ

2-amino-3-methylimidazo (4,5-f) quinoline

Ektrak daging sapi, daging dan ikan panggang

MeIQ

2-amino-3,4-dimethylimidazo (4,5-f) quinoline

Daging dan ikan panggang

MeIQx

2-amino-3,8-dimethylimidazo (4,5-f) quinoxaline

Daging sapi panggang

Sumber: Dolara dan Bianchini (1988) dalam Sreekumar dan Hosono (1997) 

 

Dengan demikian mutasi sel tidak terjadi dalam tubuh. Mekanisme antimutagenenik atau antitumor sangat tergantung pada genus dan spesies dari BAL. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa efek antitumor dari BAL dan Bifidobacterium sp. juga terjadi dengan cara menghambat aktivitas enzim β-glucuronidase, azoreductase dan nitroreductase dan pertumbuhan bakteri penghasil enzim-enzim yang mengkoversi senyawa-senyawa prokarsinogen menjadi karsinogen Selain itu senyawa-senyawa polisakarida ekstarseluler yang diproduksi oleh BAL dan Bifidobacterium sp. selama pertumbuhannya juga mempunyai efek antimutagenik dan antitumor.

 

Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor resiko. Secara umum faktor-faktor penyebab terjadinya PJK dapat dikelompokkan atas 2 kategori yaitu pertama, faktor yang bersifat alami atau tidak dapat dicegah misalnya faktor genetik, umur dan jenis kelamin, dan kedua, faktor yang dapat dikurangi, diperbaiki atau dimodifikasi misalnya tekanan darah tinggi, merokok, stress, kegemukan, kurang aktivitas fisik, diabetes mellitus dan diet (makanan) yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi. Diantara sejumlah faktor ini yang cukup penting adalah diet. Konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi terutama asam lemak jenuh dengan rantai atom karbon antara 16 – 18 (palmitat dan stearat) dapat meningkatkan risiko terjadinya PJK. Sebaliknya asam oleat, linoleat dan linolenat suatu asam lemak tidak jenuh yang mempunyai 18 atom C ternyata tidak menyebabkan terjadinya atherosklerosis dan PJK.

Berdasarkan hal di atas, maka negara-negara produsen minyak nabati terutama Amerika Serikat selalu memojokkan minyak kelapa dan minyak kelapa sawit sebagai biang kerok penyebab penyakit maut ini. Tapi dibalik provokasi negatif ini tersirat tujuan untuk menaikkan citra minyak nabati terutama minyak kedelei sebagai minyak yang paling menyehatkan. Namun anggapan ini terbantahkan setelah seorang ahli Biokimia dan Farmakologi bernama John Kabara dari Michigan State University, Amerika Serikat menepis anggapan ini dengan mengatakan bahwa pemicu penyakit maut ini adalah asam lemak rantai panjang yang sebagian besar bersumber dari lemak hewani. Sedangkan asam lemak berantai sedang yang merupakan komponen terbesar dalam minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Bahkan dari hasil penelitian ditemukan bahwa minyak kelapa perawan (Virgin Coconot Oil atau VCO) yang banyak mengandung asam laurat (asam lemak sedang dengan rantai atom C sebanyak 12) justeru berkhasiat menurunkan kadar kolesterol darah pada manusia dan mencegah berbagai penyakit berbahaya lainnya.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mencegah PJK antara lain menjaga tekanan darah tinggi, mengurangi atau tidak merokok sama sekali, mengendalikan stress dan berat badan, melakukan aktivitas fisik secara teratur, serta mengurangi kadar kolesterol (hypokolesterolemik) dalam darah melalui pengaturan diet. Pengaturan diet salah satunya dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan fungsional yang mengandung probiotik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaporkan, dapat disimpulkan  bahwa mekanisme efek hypokolesterolemik dari BAL dan Bifidobacterium  sp. berlangsung melalui 2 cara yaitu:

  1. Pengikatan kolesterol yang terkandung dalam diet di dalam saluran pencernaan sebelum kolesterol tersebut diserap oleh tubuh. Kemampuan BAL dan Bifidobacterium bervariasi dalam mengikat kolesterol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dan komposisi kimia dinding sel bakteri yang berperan sebagai reseptor dalam proses pengikatan kolesterol, dan adanya senyawa-senyawa kimia misalnya sodium taurokolat, fosfolipid dan Tween 80 serta ion-ion logam seperti Na, K, Ca dan Mg yang mungkin mempercepat atau menghambat proses pengikatan tersebut. Kolesterol yang diikat oleh sel bakteri selanjutnya akan dikeluarkan bersama feses. Dengan demikian tidak terjadi peningkatan kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemik) dalam darah.
  2. Dekonjugasi garam-garam empedu di dalam usus halus. Kemampuan mendekonjugasi garam empedu disebabkan oleh kemampuan BAL dan Bifidobacterium untuk memproduksi enzim BSH (bile salt hydrolase) yang berperan dalam menghidrolisis garam-garam empedu menjadi asam empedu bebas dan asam amino. Nilai pH optimum untuk berlangsungnya dekonjugasi garam empedu seperti sodium glikolat dan sodium taurokolat berkisar pH 4 –5,5. Asam empedu bebas yang diproduksi pada proses hidrolis bersifat kurang larut dibanding dengan asam empedu terkonjugasi (garam empedu) khususnya pada pH rendah dan lebih sulit untuk direabsopsi selama siklus enterohepatik. Selain itu, asam empedu bebas lebih mudah diikat oleh serat makanan dan mikroba penghuni saluran pencernaan. Dengan demikian pada kondisi “steady state”, dekonjugasi garam empedu oleh BAL dan Bifidobacterium sp. dapat menurunkan kadar kolesterol darah karena sebagian besar kolesterol di dalam tubuh akan dirombak menjadi asam-asam empedu baru menggantikan asam-asam empedu yang hilang selama siklus enterohepatik dan asam empedu yang dikeluarkan bersama feses.

 

Mekanisme BAL dan Bifidobaterium sp. dalam penurunan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia bisa melalui salah satu cara atau kedua-duanya seperti telah dijelaskan. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa Lactoccoccus lactis subsp. lactis IS-10285, suatu strain BAL yang diisolasi dari dadih, dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus yang menderita hiperkolesterolemia. Hasil ini masih perlu ditindaklanjuti berupa uji klinik untuk memastikan dapat-tidaknya strain ini digunakan sebagai probiotik pada manusia.

 

Pencegahan Diare dan Gangguan Pencernaan

Diare dan penyakit gangguan pencernaan lainnya merupakan penyakit yang sering menyerang penduduk di negara-negara berkembang, khususnya bayi dan anak-anak. Resiko terserang diare juga sering pada turis yang berwisata ke negara-negara berkembang, dimana higeinitas makanan/minuman dan sanitasi lingkungan sering belum memadai.

Data penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian BAL atau Bifibacterium sp. atau produk yang mengandung bakteri ini pada penderita diare dan gangguan pencernaan akan mencegah dan mempercepat penyembuhan diare. Hal ini disebabkan BAL atau Bifibacterium sp. mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella typhimurium (penyebab infeksi pada saluran pencernaan), Helicobacter pylori (penyebab antral gastritis) dan Clostridium difficile (penyebab diare) melalui produksi asam laktat, peroksidase dan senyawa-senyawa antimikroba yang disebut bakteriosin atau melalui kompetisi terhadap sumber nutrisi esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri patogen tersebut.

 

Pencegahan Intoleransi terhadap Laktosa

Kemampuan mencerna laktosa pada sebagian orang disebabkan oleh kurangnya enzim laktase atau b-galaktosidase dalam usus halus. Kurang atau tidak adanya produksi enzim ini mungkin disebabkan oleh suatu terapi yang disebut pelvic radiotherapy, atau karena terjadinya infeksi pada usus, yang selanjutnya mengakibatkan sel-sel pembentuk enzim ini tidak berfungsi secara normal. dampak dari semua ini menyebabkan seseorang yang minum susu non fermentasi dan produk olahan susu akan mengalami flatulensi, diare serta gangguan saluran pencernaan lainnya. Salah satu cara untuk menanggulangi hal ini adalah dengan mensuplai enzim b-galaktosidase dari luar lewat konsumsi produk hasil fermentasi atau produk yang disupplementasi dengan BAL atau Bifibacterium sp.

 

Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa bakteri ini melakukan aktivitas terapeutiknya dengan cara melepaskan enzim laktase atau             b-galaktosidase intraseluler ke dalam usus yang akan menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Namun beberapa ilmuwan lain melaporkan mekanisme yang berebda. Pertama-tama laktosa diangkut ke dalam sel-sel bakteri oleh enzim laktose permease dan selanjutnya oleh kerja enzim b-galaktosidase intraseluler, laktosa ini akan dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Hidrolisis laktosa dengan cara terakhir ini umumnya dilakukan oleh BAL genus Lactobacillus sp.

 

Pencegahan Konstipasi

Ketidakteraturan dan kesukaran buang air besar dapat terjadi pada setiap orang, ksususnya pada manusia berusia lanjut (manula) dan wanita. Gangguan ini disebabkan oleh terjadinya pengerasan pada feses. Oleh karena itu disarankan untuk memperbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Namun demikian gejala gangguan ini masih dapat terjadi walaupun telah mengkonsumsi makanan berserat. Keadaan ini erat kaitannya dengan komposisi mikroba yang ada dalam saluran pencernaan. Pemberian BAL atau Bifibacterium sp. atau produk yang mengandung bakteri ini dapat menurunkan secara nyata gejala konstipasi pada pasien penderita. Hal ini dimungkinkan oleh karena L. acidophilus atau Bifibacterium sp mampu mengubah komposisi mikroba dalam saluran pencernaan (jumlah BAL meningkat) dan mampu mengurangi atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab konstipasi.

 

Peningkatan Kekebalan Tubuh

Beberapa efek terapeutik lainnya dari BAL dan Bifidobacterium sp. misalnya penghilangan atau pengikatan radikal-radikal bebas sehingga secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya penuaan dini. Selain itu beberapa strain BAL mampu meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara menstimulasi pembentukan immunoglobulin, meningkatkan aktivitas pagositik dari limposit dan pagosit, serta meningkatkan produksi makrofag. Dengan demikian seseorang yang mempunyai sistem kekebalan yang baik dapat terhindar dari infeksi, penyakit dan agen penyebab luka (injury-causing agents).

 

Efek Samping Probiotik

Sampai saat ini efek samping penggunaan probiotik pada manusia masih sangat jarang dilaporkan sepanjang probiotik yang digunakan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dan telah diuji secara klinik secara seksama. Satu-satunya efek samping probiotik yang pernah dilaporkan adalah terjadinya translokasi dari saluran pencernaan ke jaringan/organ lain misalnya hati. Hal ini diduga karena penggunaan dosis probiotik yang sangat tinggi (lebih dari 1012 sel/hari).